Wednesday, October 6, 2010

DETIK-DETIK TERAKHIR KEHIDUPAN RASULULLAH

Oleh : K.H. Fidaus A.N

Peristiwa wafatnya seorang pemimpin , seorang Nabi dan Seorang Rosul Tuhan yang
terakhir adalah peristiwa besar. Tidak ada sejarah yang telah mengungkapkan peristiwa yang
mendetail sedemikian rupa tentang berpulangnya seorang Rosul Tuhan seperti halnya dengan wafatnya
Nabi Muhammad SAW.

Isyarat-isyarat tentang bayang-bayang akan terjadinya peristiwa besar yang sangat mengharukan hati itu telah terlebih dahulu memperlihatkan tanda-tandanya kepada ummat pengikut beliau.

Isyarat itu antara lain terlukis dalam bunyi Khutbah Arafah oleh Rasulullah, dan juga bunyi Firman Allah
SWT sebagai Wahyu Tuhan yang terakhir yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
SAW, dikala beliau menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima sebagai Haji Perpisahan

"Pada hari ini Aku (Allah) sempurnakan bagimu Agamamu, Aku cukupkan nikmatKu untukmu dan Aku
rela Islam sebagai agamamu" (Al-Qur'an, Al-Maidah ayat 3)

Khutbah Arafah
Maka demikianlah, pada musim haji tahun ke-10 hijriah, bersama-sama kurang lebih 114.000 kaum
muslimin yang datang dari segenap penjuru Arabia, beliau pun menunaikan ibadah Haji Akbar
Dalam Haji Wada' inilah beliau menyampaikan mutiara wasiat :

"Wahai ummat manusia, dengarkanlah nasehatku baik-baik, karena barangkali aku tidak dapat lagi
bertemu muka dengan kamu semua di tempat ini."Tahukah kamu semua, hari apakah ini? Yang dijawab
sendiri oleh beliau: Inilah hari Nahar, hari kurban yang suci. Tahukah kamu bulan apakah ini? inilah bulan
suci. Tahukah kamu tempat apakah ini? inilah kota yang suci."

Haram Menumpahkan Darah
"Maka dari itu aku umumkan kepada kamu semua bahwa darah dan nyawamu, harta bendamu dan
kehormatan yang satu terhadap yang lainnya haram atas kamu sampai kamu bertemu dengan Tuhanmu
kelak. Semua harus kamu sucikan sebagaimana sucinya hari ini, sebagaimana sucinya bulan ini
dan sebagaimana sucinya kota ini. Hendaklah berita ini di sampaikan kepada orang-orang yang tidak
hadir di tempat ini oleh kamu sekalian! Bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan sasksikanlah!"

Hapuskan Riba
"Hari ini hendaklah dihapuskan segala macam bentuk riba. Maka barangsiapa yang memegang amanah
ditangannya, hendaklah ia bayarkan kepada yang punya. Dan sesungguhnya riba jahiliah itu adalah batil.
dan awal riba yang pertama kali aku sapu bersih adalah riba yang dilakukan oleh
pamanku sendiri, Abbas bin Abd. Muthalib.
"Hari ini haruslah dihapuskan semua bentuk pembalasan dendam dan pembunuhan jahiliah, dan
penuntutan darah ala Jahiliah yang mula pertama kali aku hapuskan adalah atas tuntutan darah 'Amir bin
Haris.
"wahai manusia! Hari ini Setan telah putus asa untuk dapat disembah pada bumimu yang suci ini. Tetapi
ia bangga bila kamu dapat mentaatinya walaupun dalam perkara yang kelihatannya kecil sekalipun, maka
waspadalah kamu atasnya!
"Hai manusia! Sesungguhnya zaman itu beredar semenjak Allah jadikan langit dan bumi"

Hak dan Kewajiban Suami Istri
"Wahai manusia! Sesungguhnya bagi kaum wanita itu (istrimu) ada hak-hak yang harus dipenuhi, dan
bagimu juga ada hak-hak yang harus dipenuhi oleh istri itu. Ialah, bahwa mereka tidak boleh sekali-kali
membawa orang lain ke tempat tidur selain kamu sendiri, dan mereka tidak boleh membawa orang lain
yang tidak kamu sukai ke rumahmu, kecuali setelah mendapat izin dari kamu terlebih dahulu. Maka
sekiranya kaum wanita itu melanggar ketentuan-ketentuan yang demikaian, sesungguhnya Allah telah
berarti mengizinkan kamu untuk meninggalkan mereka, dan kamu boleh melecut
ringan terhadap diri mereka yang berdosa itu.
"Tetapi bila mereka berhenti dan tunduk kepadamu,maka menjadi kewajibanmulah untuk memberi nafkah
dan pakaian mereka dengan sebaik-baiknya. Ingatlah,bahwa kaum hawa itu adalah mahluk yang
lemah di sampingmu, mereka tidak berkuasa. Kamu telah bawa mereka dengan suatu amanat dari

Tuhanmu dan kamu telah halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Maka dari itu, takwalah
kepada Allah tentang urusan wanita dan terimalah ini wasiat untuk bergaul lebih baik dengan mereka!
Wahai ummat, bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan, tolong saksikanlah!"
Pegangan Hidup
"Wahai manusia! Sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu sesuatu, yang bila kamu pegang ia
erat-erat niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, dua saja: Kitab Allah dan Sunnah RasulNya.

Hai manusia dengarkanlah baik-baik apa yang aku ucapkan kepadamu niscaya pasti kamu bahagia untuk
selama-lamanya dalam hidupmu!"

Persaudaraan Islam
"Wahai manusia! Kamu Hendaklah mengerti, bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Maka bagi
masing-masing pribadi diantara kamu terlarang keras untuk mengambil harta saudaranya kecuali dengan
izin hati yang ikhlas. Bukankah Aku telah menyampaikan?! O, Tuhan tolong saksikan!"
"Janganlah kamu setelah aku meninggal nantikembali kepada kafir, dimana sebagian kamu
mempermainkan senjata untuk menebas leher kawannya yang lain. karena, bukankah aku telah
tinggalkan untukmu pedoman yang benar, yang bila kamu ambil ia sebagai pegangan dan suluh
kehidupanmu tentu kamu tidak akan tersesat, yakni Kitab Allah (Al-Qur'an).
"Hai manusia, bukankah aku telah menyampaikan?! O, Tuhan saksikanlah!"
Persamaan Hak
"Hai manusia! Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah tunggal dan sesungguhnya kamu berasal dari satu
Bapak. semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling taqwa, tidak sedikitpun ada kelebihan bangsa Arab,
kecuali dengan taqwa.
"Hai manusia! Bukankah aku telah menyampaikannya?! O, Tuhan saksikanlah! Maka hendaklah barang
siapa yang hadir diantara kamu di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan pesan wasiat ini kepada
mereka yang tidak hadir!"

Setelah Nabi mengakhiri Khutbah Al-Wada' yang sangat berkesan itu dengan nada suara yang tinggi
sambil menujuk ke langit, maka berteriak pulalah para jemaah haji yang sedang berkumpul di padang
Arafah itu menyahut serentak dengan suara yang lantang dan bergema membahana, membelah kesunyian padang pasir yang luas dan tandus itu dengan beramai-ramai mengucapkan "Demi Tuhan! Sesungguhnya Engkau (Muhammad) telah menyampaikan amanah perintahperintah Tuhanmu!"

Setelah mengikuti sejenak khutbah yang diabadikan itu selaku pesan dan amanat umum Rasulullah
sebagai gemblengan beliau kepada ummatnya, maka marilah kita mengikuti riwayat yang melukiskan
peristiwa bersejarah tentang wafatnya Nabi kita Muhammad SAW.
"Diriwayatkan, bahwa setelah turun wahyu Al-Qur'an, surat Al-Maidah ayat 3 tersebut di atas,
menangislah Umar bin khatab r.a. Maka Nabi SAW berkata kepadanya. "Apakah gerangan yang
menyebabkan engkau menangis hai Umar?", tanya Rasulullah. Umar menjawab, "Kita semua sudah berada dalam agama yang sempurna dan lengkap. Tetapi apabila ia sudah sampai kepada titik puncak
kesempurnaan maka di atas itu tidak adal lagi yang lain, kecuali suatu kemunduran". Nabi menukas;
"Benarlah engkau!"

Pada mulanya Nabi tidak mampu untuk menduga-duga kemungkinan - kemungkinan yang terselip dalam
arti ayat yang di atas, sehingga beliau hanya terengah dan bertelekan diatas untanya saja. Unta pun
berhenti dan malaikat Jibril AS pun datang sambil berkata kepada Nabi:

"Ya Muhammad, hari ini telah sempurna urusan agamamu, telah selesai apa yang diperintahkan Tuhanmu
dan juga segala apa yang dilarangNya. Maka dari itu, kumpulkan semua sahabatmu, dan beritahukan
kepada mereka, bahwa saya tidak akan turun-turun lagi membawa wahyu kepadamu sesudah hari ini

Maka pulanglah Nabi dari Mekkah ke Madinah. Dan di sana dikumpulkanlah oleh beliau para sahabatnya
dan dibacakannya ayat ini kepada mereka serta diberitahukannya apa yang dikatakan Jibril AS kepadanya itu.Semua sahabat menjadi gembira mendengarnya, kecuali Abu Bakar r.a., dan para sahabat itu berkata:

"Telah sempurna agama kita!" Tetapi Abu Bakar pulang ke rumahnya sendirian dalam keadaan murung
dan sedih. Dikuncinya pintu rumahnya dan iapun sibuk menangis sepanjang malam dan siang. Hal ini
terdengar oleh para sahabat dan mereka berkumpul bersama-sama untuk mendatangi rumah Abu Bakar.

- Sahabat bertanya : "Kenapa kerjamu menangis saja hai Abu Bakar
disaat orang lain semua bersuka ria, bukankah Tuhan telah
menyempurnakan agama kita?"
- Abu Bakar menjawab : "Kamu semua tidak tahu bencana-bencana
apakah kelak yang akan terjadi menimpa kita semua. Apakah kamu tidak
mengerti : bahwa tidak ada sesuatu apabila ia telah sampai pada
titik kesempurnaan, melainkan itu berarti permulaan kemerosotannya.
Dalam ayat terbayang akan perpecahan di kalangan kita nanti, dan nasib
Hasan dan Husain yang akan menjadi anak yatim, serta para
istri Nabi yang menjadi janda".

Mendengar itu terpekiklah para sahabat dan dalam suasana penuh keharuan mereka menangislah
semuanya, dan terdengarlah ratap tangis yang sayu dari rumah Abu Bakar itu oleh para tetangga yang lain dan mereka ini segera datang kepada Nabi Muhammad SAW sendiri sambil menanyakan kepada beliau hakikat kejadian yang sebenarnya.

"Ya Rasul Allah, kami tidak tahu keadaan yang menimpa diri para sahabat, kecuali kami mendengar pekik
tangis mereka belaka". Mendengar itu berubah-lah wajah Rasulullah dan iapun segera berdiri menuju tempat para sahabat.Setelah dilihatnya keadaan para sahabat dalam keadaan sedemikian rupa, beliaupun bertanya:

"Apakah yang kalian tangiskan?" Menjawablah Ali: "Abu Bakar berkata kepada kami: "Sesungguhnya saya mendengar angin kematian Rasulullah berdesir melalui ayat ini" dan bukankah dapat dijadikan bukti ayat ini bagi bagi kematian engkau?"

Nabi menjawab : "Benarlah Abu Bakar dalam segala apa yang dikatakannya itu. Telah dekat masa
kepergianku dari antara kamu semua, dan telah datang masa perpisahanku dengan kamu semua".

Penegasan Nabi itu adalah isyarat, bahwa benarlah Abu Bakar seorang yang paling arif di antara para
sahabat Nabi. dan ketika Abu Bakar mendengar ucapan Nabi itu iapun berteriak dan langsung jatuh
pingsan. Ali menjadi gemetar, para sahabat menjadi gelisah; mereka semua ketakutan dan semua menangis menjadi-jadi.

Kemudian Nabi bersalam berjabatan tangan dengan satu demi satu
para sahabat mengucapkan perpisahan dan beliaupun menangis sambil memberikan amanah nasehat
kepada mereka semua.

Setelah turun ayat Al-Qur'an yang terakhir itu Nabi Muhammad SAW masih menjalani hidupnya 81 hari
lagi. Ya, demikianlah setelah ayat itu turun beliau naik ke atas mimbar mengucapkan khutbah sambil
menangis, dan hadirin mendengarkannya sambil bercucuran air mata pula. Suatu khutbah yang
mendebarkan hati dan menegakkan bulu roma, tetapi disamping itu juga khutbah yang mengungkapkan
harapan-harapan dan peringatan.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra., bahwa setelah dekat dengan wafatnya Rasulullah, beliau
memerintahkan Bilal supaya adzan, memanggil manusia untuk sholat bersama-sama. Maka berkumpulah
kaum Muhajirin dan Anshar ke masjid
Rasulullah SAW itu. Setelah selesai sholat dua rakaat yang ringan kemudian beliau naik mimbar lalu
mengucapkan puji dan sanjungan kepada Allah SWT., dan kemudian beliau membawakan khutbahnya
yang sangat berkesan dan membuat hati terharu dan mengucurkan air mata. Beliau berkata antara lain :

"Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da'i menyeru manusia ke jalan Tuhan
dengan izinNya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan Bapa yang pengasih. Siapa yang
merasa teraniaya olehku di antara kamu semua, hendaklah ia bangkit berdiri sekarang juga untuk
melakukan kisas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat nanti". Sekali duakali beliau mengulang
kalimatnya itu, dan pada ketiga kalinya barulah berdiri seorang laki-laki bernama Ukasyah Ibnu Muhsin.
Ia berdiri di hadapan Nabi SAW. sambil berkata: "Ibuku dan ayahku menjadi tebusanmu ya Rasul Allah
Kalau tidaklah karena Engkau telah berkali-kali menuntut supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah aku akan berani tampil untuk memperkenankan- nya sesuai dengan permintaanmu.

"Dulu aku, pernah bersamamu di medan perang Badar sehingga untaku berdampingan sekali dengan
untamu, maka akupun turun dari atas untaku dan aku menghampiri engkau, lantas akupun mencium
paha engkau. Kemudian engkau mengangkat cambuk memukul untamu supaya berjalan cepat, tetapi
engkau sebenarnya telah memukul lambung sampingku; saya tidak tahu apakah itu dengan engkau
sengaja atau tidak Ya Rasul Allah, ataukah barangkali maksudmu dengan itu engkau hendak melecut
untamu sendiri?" Rasulullah menjawab; "Maha suci Allah ya Ukasyah, bahwa Rasulullah akan bermaksud
memukul engkau dengan sengaja".

Kemudian Nabi menyuruh Bilal supaya pergi kerumah Fatimah, "supaya Fatimah ra. memberikan kepadaku cambukku" kata beliau. Bilal segera keluar Masjid dengan tangannya diletakkan di atas kepalanya keheranan sambil berkata sendirian: "Inilah Rasulullah memberikan kesempatan mengambil kisas terhadap dirinya!" Diketuknya pintu rumah Fatimah ra. yang menyahut dari dalam: "Siapakah di luar?""Saya datang kepadamu untuk mengambil cambuk Rasulullah," jawab Bilal. "Apakah yang akan dilakukan Ayahku dengan cambuk ini?" tanya Fatimah kepada Bilal. Ya Fatimah! Ayahmu memberikan kesempatan kepada orang untuk mengambil kisas terhadap dirinya,"

"Siapakah pula gerangan itu yang sampai hati untuk mengkisas Rasulullah?" tukas Fatimah keheranan.
Bilalpun mengambil cambuk dan membawanya masuk masjid, lalu diberikannya kepada Rasulullah, dan
Rasulullahpun menyerahkannya kepada tangan Ukasyah.

Tatkala hal itu dilihat oleh Abu Bakar dan Umar ra., keduanya berkata kepada Ukasyah: "Hai Ukasyah!
kami sekarang berada di hadapanmu, pukul kisaslah kami berdua, dan jangan sekali-kali engkau pukul
Rasulullah SAW!".Rasulullah menyela dengan katanya: "Duduklah kalian keduanya, Allah telah mengetahui kedudukan kamu berdua".

Kemudian berdiri pula Ali bin Abi Thalib sambil berkata: "Hai Ukasyah! Saya ini sekarang masih hidup di
hadapan Nabi SAW. Aku tidak sampai hati melihat kalau engkau akan mengambil kesempatan kisas
memukul Rasulullah. Inilah punggungku, maka kisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tangan engkau
sendiri!" Nabi pun menukas pula,

"Allah SWT. telah tahu kedudukan dan niatmu, wahai Ali!"
Kemudian tampil pula kedua kakak-beradik, Hasan dan Husein
"Hai Ukasyah! Bukankah Engkau telah mengetahui, bahwa kami adalah cucu kandung Rasulullah, dan
kisaslah terhadap diri kami dan itu berarti sama juga dengan mengkisas Rasulullah sendiri!". Tetapi
Rasulullah menegur pula kedua cucunya itu dengan kata beliau: "Duduklah kalian keduanya, wahai penyejuk mataku!"

Dan akhirnya Nabi SAW berkata:

"Hai Ukasyah! Pukulah aku jika engkau berhasrat mengambil Qishas!"

"Ya Rasul Allah! Sewaktu engkau memukul aku dulu, kebetulan tidak ada sehelaipun kain di badanku,"

kata Ukasyah. Lantas tanpa berbicara Rasulullah segera membuka bajunya, maka berteriaklah kaum

muslimin yang hadir sambil menangis.Maka tatkala Ukasyah melihat putih tubuhnya Rasulullah, ia segera

mendekap tubuh Nabi Muhammad SAW dan mencium punggung beliau yang disana terdapat tanda kenabian

sepuas-puasnya sambil berkata:

"Tebusanmu Rohku ya Rasul Allah, siapakah yang tega sampai hatinya
untuk mengambil kesempatan mengQishas engkau ya Rasul Allah? saya
sengaja berbuat demikian hanyalah karena berharap agar supaya
tubuhku dapat menyentuh tubuh engkau yang mulia, dan agar supaya
Allah SWT., dengan kehormatan engkau dapat menjagaku dari sentuhan
api neraka".

Akhirnya berkatalah Rasulullah SAW :

"Ketahuilah wahai para sahabat! Barangsiapa yang ingin melihat penduduk surga, maka melihatlah kepada pribadi lelaki ini!".Lantas bangkit berdirilah kaum muslimin beramai-ramai, mencium Ukasyah diantara kedua matanya dan mereka berkata: "Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah SAW di surga kelak".

" Ya Allah! Demi kemulian dan kebesaran Engkau mudahkanlah juga bagi kami mendapatkan syafaatnya
Rasulullah SAW di negeri akhirat yang abadi!" Amiin.
Berkatalah Ibnu Mas'ud (salah seorang sahabat Nabi yang terdekat):

"Dikala telah dekat waktu wafatnya Rasulullah SAW., kami berkumpul bersama-sama di rumah ibu kita
Aisyah ra. Nabi menoleh kepada kami dan kemudian kedua matanya mencucurkan air mata, dan
kemudian beliau berkata antara lain:

"selamat datang bagi kalian semua, semoga Tuhan melimpahkan rahmatNya kepada kamu!" Aku
berwasiat kepada kamu semua dengan takwalah, taat kepadaNya. Telah dekat masa perpisahan dan telah hampir waktu pulang kepada Allah dan kepada Surga Al-Makwa. Hendaklah Ali memandikan saya,
Al-Fadal bin Abbas dan Usamah bin Zaid yang menuangkan air, dan kemudian kafanilah aku dengan kain
jika kamu menghendaki yang demikian atau dengan kain putih buatan Yaman!"

"Apabila kamu telah selesai memandikanku, letakkanlah jenazahku di atas tempat tidurku di rumahku ini
di atas pinggir lubang kuburku. Kemudian bawalah aku keluar sesaat, maka awal pertama kali yang
memberi selawat kepadaku adalah Allah Azza wa Jalla sendiri, kemudian Jibril, kemudian Mikail,
kemudian Israfil, kemudian malaikat maut (Izrail) bersama pasukannya dan kemudian segenap para
malaikat. Sesudah itu barulah kamu masuk kepadaku rombongan demi rombongan dan sholatkanlah aku
bersama-sama"

Setelah para sahabat mendengar kata-kata amanat perpisahan Rasulullah SAW. mereka menjerit dan menangis dan kemudian berkata :

"Ya Rasul Allah! Engkau adalah Rasul kami, penghimpun pembina kekuatan kami dan penguasa urusan
kami, apabila engkau pergi dari kalangan kami, kepada siapakah gerangan lagi kami pergi kembali?"

Maka menjawablah Nabi SAW :

"Aku tinggalkan kamu di atas jalan yang terang, dan Aku tinggalkan untukmu dua juru nasihat, yang
berbicara dan yang diam. penasihat yang berbicara ialah Al-Qur'an dan yang diam ialah maut. Apabila
kamu menghadapi persoalan-persoalan yang musykil, maka kembalilah kepada Al-Qur'an dan Sunnah,
dan apabila hati kamu kesat-kusut, maka tuntunlah ia dengan
mengambil iktibar tentang peristiwa-peristiwa maut!"

Setelah itu Rasulullah jatuh sakitlah pada akhir bulan Safar dan senantiasa beliau dalam keadaan sakit
selama 18 hari (ada yang mengatakan 13 dan ada pula yang mengatakan 17 hari) yang senantiasa di
jenguk oleh para sahabat. Adalah beliau menderita sakit kepala sampai beliau berpulang ke Rahmatullah.
beliau diangkat Tuhan menjadi Rasul pada hari Senin dan meninggal dunia pada hari Senin. pada hari terakhir dari hayatnya beliau, penyakit beliau bertambah
berat.

Dalam keadaan beliau yang kritis itu, beliau masih terkenang kepada kaum fakir miskin dan melarat, dan
beliau teringat bahwa masih ada uang simpanan sebanyak 7 dinnar dalam rumahnya. Disuruhnya
ambilkan uang itu kepada istrinya yang tecinta Siti Aisyah ra. sambil berkata:

"Bagaimana gerangan persangkaan Muhammad terhadap Tuhannya, sekiranya ia menemui Tuhannya
sedang ditangannya tergenggam benda ini?" kemudian diserahkannyalah harta miliknya yang terakhir itu
kepada fakir miskin selaku kebajikan.

Setelah Bilal menyerukan adzan di waktu Subuh dengan semerdu-merdu suaranya ia pun berdiri di muka
pintu rumah Rasulullah, maka ia pun memberi salam. "Assalamu'alaikum ya Rasul Allah!". Menyahutlah
Fatimah, putri tersayang beliau yang senantiasa mendampingi ayahnya di kala sakit. "Rasulullah sedang
sibuk dengan urusannya sendiri". kemudian Bilal pergi ke Mesjid dan ia tidak mengerti kata-kata fatimah
itu. Tatkala shalat subuh akan dimulai, maka ia datang ke rumah untuk kedua kalinya dan berdiri di pintu
sambil mengucapkan salam seperti semula. Kali ini suaranya di dengar Rasulullah dan lantas
menyuruhnya masuk dengan katanya: "Masuklah engkau Bilal sambil menangis! Saya sibuk merawat diri
saya dan sakitku bertambah berat. Hai Bilal, suruhlah Abu Bakar memimpin (Imam) sholat bersama orang banyak!"

Kemudian Bilal pun ke luar rumah menuju ke Masjid sambil menangis dan tangannya diletakkan di atas
kepalanya dan sambil mengeluh ia berkata: "Oh musibah, putuslah harapan dan patahlah semangat!

Wahai kiranya, alangkah baiknya kalau aku tidak dilahirkan ibuku!" Kemudian ia masuk ke dalam masjid
memanggil Abu Bakar. "Hai Abu Bakar!" ujarnya. "Sesungguhnya Rasulullah menyuruh engkau tampil supaya mengimami orang banyak karena beliau sangat sibuk sekali dengan keadaan yang menimpa diri beliau".

Waktu Aisyah mendengar Rasulullah menyuruh ayahnya jadi imam, ia mengemukakan keberatannya yang sangat kepaada Rasulullah, karena katanya, ayahnya adalah orang yang lemah. "Ayahku, Abu Bakar adalah orang yang lemah, dan bila ia menggantikan kedudukan engkau, niscaya ia tidak mampu kelak," ujar Aisyah ra.

Karena menurut pandangan Aisyah, bahwa konsekuensi jadi Imam itu adalah berat, karena bukan saja
seorang itu mampu jadi Imam di dalam Masjid, tetapi juga harus mampu menjadi Imam dalam masyarakat
sebagai insan teladan. Dan menurut Aisyah, ayahnya adalah orang yang lemah yang tidak akan mampu
mengemban dan mendukung tugas amanah yang berat itu. Berkali-kali Aisyah mengemukakan
keberatannya, sehingga Nabi marah, dan alasan Siti Aisyah itu
tidak dihiraukan Beliau. Karena ia lebih tahu menilai kecakapan para sahabat- nya daripada istrinya
Aisyah itu. beliau tetap memerintahkan dan berkata sekali lagi:
"Suruhlah Abu Bakar memimpin sholat bersama orang banyak!". Demikianlah akhirnya Abu Bakar sempat
mengimami sholat berjamaah bersama kaum Muslimin selama 17 kali waktu menjelang akhir hayat
Rasulullah.

Tatkala Abu Bakar melihat ke mihrab Rasulullah, memang ia melihat mihrab dalam keadaan kosong dari
Rasulullah, ia tidak dapat menguasai dirinya sehingga terpekik dan kemudian ia keluar kembali dalam
suasana yang penuh duka cita. maka menjadi gemparlah kaum muslimin dan kegemparan itu terdengan
oleh Rasulullah. kepada Fatimah beliau bertanya: "Ada apa ini pekik dan kegemparan?" "Kaum muslimin
menjadi gempar karena mereka tidak melihat ayah berada di kalangan mereka," jawab Fatimah.

Rasulullah kemudian memanggil Ali bin Abi Thalib dan Fadhal bin Abbas untuk membimbing beliau pergi
ke Masjid, dan beliaupun sempat berjamaah bersama mereka pada hari Senin itu. Rasulullah memang
memaksakan dirinya pergi ke Masjid pada subuh terakhir itu untuk memberikan ketentraman ke dalam
hati ummatnya yang sedang resah dan khawatir.
Anas bin Malik (pembantu rasul yang setia sampai beliau wafat) mengatakan, "Saya tidak pernah melihat
Nabi secerah berseri seperti halnya dengan keadaan beliau di kala subuh terakhir itu". Ya, sambil

tersenyum simpul beliau melambaikan tangannya kepada jamaah yang ramai berdesak-desakan itu, demi
untuk menghibur dan membujuk jiwa mereka yang sedang dirundung gelisah dan cemas selama ini.
Kemudian setelah selesai menunaikan shalat berjamaah, maka beliau menghadapkan wajahnya kepada
orang banyak sambil berkata:

"Wahai kaum muslimin! Kamu semua berada di bawah perlindungan Allah SWT dan penjagaanNya.

Janganlah lupa bertaqwa kepada Allah dan menaatinya, karena aku tidak lama lagi akan meninggalkan
dunia ini. Inilah awal hari akhirat bagiku dan akhir hari duniaku!". Kemudian beliau berdiri dan pergi
masuk ke dalam rumah beliau.

Setalh itu Allah SWT., memberi perintah kepada Malaikat Maut: "bahwa turunlah engkau kepada kekasihKu dengan rupa yang sebagus-bagusnya dan bersikap lemah lembutlah kepadanya dalam menggenggam rohnya. Apabila ia telah memberi izin kepada engkau, maka barulah engkau boleh masuk ke dalam rumahnya. Tetapi apabila ia tidak memberi izin, maka janganlah engkau masuk dan kembali sajalah!Assalamu'alaikum wahai para keluarga rumah tangga Nabi dan sumber kerosulan! Apakah saya diizinkan masuk?" Fatimah menjawab dengan katanya:

"Hai hamba Allah, sesungguhnya Rasul Allah sedang sibuk dengan dirinya!" Kemudian Malaikat Izrail
berseru untuk kedua kalinya."Assalamu'alaikum ya Rasul Allah dan wahai keluarga rumah tangga kenabian, apakah saya diperbolehkan masuk?"

Nabi Muhammad SAW mendengar suara itu maka beliau bertanya: "Hai Fatimah, siapakah itu gerangan
yang berada dipintu?" "Seorang lelaki arab memanggil ayah, telah aku katakan kepadanya, bahwa

Rasulullah sedang repot dengan dirinya sendiri. Kemudian orang itu memanggil sekali lagi dan telah saya
beri jawaban yang sama, tetapi ia memandang kepadaku, maka tegak meremanglah bulu roma kulitku,
takutlah hatiku, gemetar segala tulang persendianku, dan berubahlah warnaku (pucat)". jawab Fatimah.

Maka berkatalah Nabi SAW: "Tahukan engkau siapa sebenarnya orang itu ya Fatimah?" "Tidak tahu ayah," sahut Fatimah.Berkatalah Rasulullah SAW: "Itulah dia pemusnah segala kelezatan hidup, pemutus segala kesenangan dan penambah ramainya penghuni kubur."

Mendengar itu, menangislah Fatimah dengan tangisnya yang keras menjadi-jadi, melolong-lolong dan ia
berkata: Wahai! akan meninggal kiranya penutup para Nabi; wahai bencana! Akan berpulang kiranya orang takwa terbaik, dan akan lenyaplah Pemimpindari segala tokoh orang suci. Ah, celaka! pasti terputuslah wahyu dari langit. Akan terhalanglah aku dari mendengar kata-kata ayah mulai hari ini, dan aku tidak pernah lagi mendengar salam ayah sejak hari ini."

Nabi SAW menjawab: "Ya Fatimah! Engkau keluargaku yang pertama kali menyusul aku". Dan kemudian
beliau berkata kepada Malaikat Izrail yang sedang menunggu di luar.

"Silahkan engkau masuk hai Malaikat Maut"! Maka iapun masuklah sambil mengucapkan salam:

"Salam sejahtera atasmu ya Rasul Allah!" yang lalu di jawab oleh Nabi SAW. "Dan juga salam sejahtera
bagimu ya Malaikat Maut! Apakah kedatangan engkau ini berupa kunjungan ziarah ataukah bertugas
untuk mencabut nyawa?"

- "Aku datang untuk kedua-duanya, ziarah dan juga bertugas mencabut nyawa, itupun jika beroleh ijin
darimu; dan jika tidak saya akan kembali," sahut malaikat Izrail itu.
- Nabi bertanya pula: "Ya Malaikat Maut, dimana tadi engkau tinggalkan Jibril?"
- "Saya tinggalkan dia di langit dunia dan para Malaikat senantiasa memuliakannya," jawab Malaikat
Maut. Dan tak lama kemudian maka datanglah malaikat Jibril AS menyusul, dan terus duduk di dekat
kepala Rasulullah.

- "Apakah engkau tidak tahu bahwa perintah telah dekat?" tanya Rasulullah kepada Jibril AS.
- "Benar ya Rasul Allah!" sahut Jibril AS
- "Gembirakanlah saya! Apakah gerangan kehormatan yang kiranya akan saya peroleh di sisi Allah?" tanya Rasulullah.

- "Sesungguhnya pintu-pintu langit telah dibuka, dan para Malaikat telah berbaris menunggu kedatangan
roh engkau di langit; pintu-pintu surga telah dibuka serta para bidadari telah berhias berdandan untuk
menyongsong kedatangan roh engkau," kata Jibril As.

- Alhamdulillah," jawab Nabi SAW, yang kemudian berkata; "Ya Jibril! Gembirakanlah aku, betapa keadaan ummatku nanti di hari kiamat?"
- "Aku beri engkau kabar gembira, bahwa Allah SWT telah berkata: "Sesungguhnya Aku (Allah) telah
mengharamkan surga bagi semua Nabi sebelum engkau memasukinya terlebih dahulu, dan Aku (Allah)
mengharamkan pula surga itu kepada sekalian ummat manusia sebelum ummat engkau terlebih dahulu memasukinya," jawab Jibril AS.

- "Sekarang barulah senang hatiku dan hilanglah rusuhku," kata Nabi yang selanjutnya menghadapkan
ucapannya terhadap Malaikat Maut: "Ya Malaikat Maut, sekarang mendekatlah kepadaku!"
Maka mendekatlah Malaikat Maut mengadakan pemeriksaan untuk menggenggam rohnya Nabi SAW.

Tatkala roh itu sampai di pusat, Nabi berkata kepada Malaikat Jibril "Alangkah beratnya penderitaan maut
itu!" Malaikat Jibril AS pun tidak sampai hati keadaan Nabi yang dalam keadaan yang demikian itu, dan
iapun memalingkan wajahnya sejenak dari memandang Rasulullah SAW.
- "Apakah engkau benci melihat kepada wajahku, ya Jibril?" tanya Rasulullah.
- "Wahai kekasih Allah, siapakah gerangan yang tega sampai hatinya melihat wajahmu sedang engkau
berada dalam situasi kritis sekaratul-maut?" jawab Jibril.
Berkata Anas bin Malik ra. "Adalah roh Nabi SAW sampai di dadanya dan beliau waktu itu masih dapat
berkata: "Aku berpesan kepada kamu semuanya tentang sholat dan hamba sahaya yang berada di bawah tanggung jawabmu".

Dan pada penghujung nafasnya yang terakhir beliau mengerakkan kedua bibirnya dua kali dan akupun
mendekatkan telingaku baik-baik, maka aku masih sempat mendengar beliau berkata dengan
pelan-pelan: "Ummati! Ummati!" (Ummatku, ummatku). Maka dijemputlah
Roh suci Rasulullah SAW dalam keadaan wajah berseri-seri dan bibir manis yang bagaikan hendak
tersenyum, di pangkuan istri tercinta, Aisyah ra. pada hari Senin 12 bulan Rabi'ul Awal, yakni dikala
matahari telah tergelincir di tengah hari pada tahun ke-11 Hijriyah, bersesuaian dengan dengan tanggal 3 Juni tahun 632 Masehi. Dan adalah umur Nabi SAW pada waktu itu genap 63 tahun menurut riwayat yang termasyur dan yang paling sahih.

Sekiranya dunia ini
Boleh kekal untuk seseorang
sesungguhnya Rasulullah SAW
adalah penghuninya yang abadi.

Kemudian Ali bin Abi Thalib ra. memandikan jenazah Rasulullah sedang Al-Fadhal bin Abbas dan Usamah
bin Zaid ra menimbakan air, dan Malaikat Jibril AS datang membawa harum-haruman dari surga. Mereka
kafani dan kuburkan beliau di kamar rumah Siti Aisyah
ra, pada malam Rabu, (ada yang mengatakan malam Selasa).

Sambil berdiri di kubur Nabi Muhammad SAW istri beliau tercinta Aisyah ra. pun berkata,
dengan suara terharu:

Wahai orang yang tidak pernah memakai sutra,
yang tidak pernah tidur di atas kasur yang empuk,
Wahai orang yang keluar dari dunia dan perutnya
tidak pernah kenyang dengan roti gandum.

Wahai orang yang memilih tikar untuk tempat tidur
Wahai, orang yang tidak tidur sepanjang malam
karena takut sentuhan neraka Sa'ir.........!

Dari sumber lain, dapat pula kita ketahui reaksi ummat atas wafatnya Rasulullah. Bahwa dengan
meninggalnya Rasulullahlah, penduduk Madinah khususnya dan ummat Islam pada umumnya diliputi
oleh awan berkabung yang rawan beberapa waktu lamanya.

Suasana kedukaan yang menimpa keluarga Rasulullah dipancarkan dari rumah duka ummul mukminin Siti
Aisyah ra. ke seluruh kaum muslimin yang sedang kehilangan Nabinya dan Pemimpinnya yang tercinta,
sayang dan menyayangi mereka; suasana peristiwa
yang membuat ummat Islam kebingungan sedemikian rupa bagaikan anak ayam kehilangan induknya,
terlunta-lunta kesana kemari menunggu nasib selanjutnya. Mereka ada yang panik sehingga tidak mau
mengakui fakta takdir yang sedang menimpa mereka.

Ummar bin Khatab sendiri malah bersikap sedemikian rupa seolah-olah lupa diri dengan penuh nafsu
menghunus mata pedangnya marah-marah di muka orang banyak dengan berkata; "Siapa yang berani
mengatakan bahwa Muhammad telah wafat akan saya pukul dengan pedang ini".

Selanjutnya ia berkata; "Bahwa Muhammad tidaklah wafat, tetapi hanya pergi buat sementara kepada
TuhanNya sebagaimana Musa bin Imran menghilang sementara dari kalangan kaummnya 40 malam
lamanya dan kemudian ia kembali setelah dikatakan orang telah wafat. Demi Allah, Rasulullah akan
kembali pula sementara halnya Musa kembali"

Tentang Abu Bakar, ia agak terlambat datang karena rumahnya jauh. Teteapi setelah ia tiba, dilihatnya
orang beramai-ramai berkerumun di depan pintu memperhatikan Ummar sedang marah-marah. Tanpa
menoleh ke kiri dan ke kanan ia pun segera masuk ke rumah Aisyah dengan tidak menghiraukan orang
banyak. Sepatah kata pun ia tidak bicara dengan mereka.

Dilihatnya Rasulullah terbaring di atas tempat tidurnya. Dibukanya kain selubung yang menutupi wajah
Rasulullah lantas di ciuminya wajahnya yang mulia itu dan kemudian ia pun menangislah tersedu-sedu
sambil berkata;

"Demi ayah bundaku, alangkah indahnya hidupmu dan alangkah indahnya matimu! Demi Allah,
sekali-kali tidak akan terkumpul dua kematian atas dirimu. Adapun mati yang telah ditentukan Tuhan
bagimu, telah engkau temui. Dan setelah itu takkan ada lagi kematian yang datang kepadamu buat
selama-lamanya".

Kemudian barulah ia keluar mendapatkan orang banyak, tetapi Ummar masih berbicara menurut
sekehendak hatinya belaka. Melihat keadaan yang terus menerus demikian barulah beliau berbicara untuk menentramkan hati orang ramai. Dan banyak orang pula yang mulai beralih menghadapkan perhatiannya kepada Abu Bakar dan meninggalkan Ummar, dan Ummar sendiripun duduklah mendengarkan apa yang dikatakan Abu Bakar. Dan setelah terlebih dahulu mengucapkan puji dan sanjung ke hadirat Allah yang Maha Kuasa, berkatalah ia;

"Wahai manusia! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah hidup, tidak akan mati-mati untuk
selama-lamanya"."Sesungguhnya engkau akan mati dan merekapun akan mati!" (Az-Zumar:30)

Kemudian beliau menyitir firman Allah yang berbunyi: "Muhammad itu tidak lain, melainkan hanya
seorang Rasul. Telah banyak berlalu Rasul-rasul sebelumnya. Apakah sekiranya ia mati atau terbunuh,
kamu akan berpaling atas tumit-tumit kamu? Dan barang siapa yang murtad, maka hal itu tidak akan
menyusahkan Tuhan sedikitpun. Dan Allah pasti membalas jasa orang-orang yang berterima kasih
kepadaNya!" (Ali Imran:144)

Tetapi namun demikian orang banyak masih menangis juga.Umar berkata; "Demi Allah, seolah-olah
saya tidak pernah membaca ayat ini! Demi Allah, setelah aku mendengar Abu Bakar membacanya
terpancarlah seluruh keringatku, kakiku tidak kuat berdiri seolah-olah aku mau jatuh rubuh ke bumi.
Tetapi karena aku mendengar Abu Bakar sendiri yang membacanya, sadarlah aku bahwa benarlah
Muhammad SAW. betul-betul telah meninggal dunia".

Di samping itu Ibnu Abbas berkata pula: "Demi Allah, orang banyak memang tidak tahu bahwa Allah SWT,
telah menurunkan ayat ini, sampai Abu Bakar membacakannya di tengah-tengah mereka. Tidak ada orang yang telah mendengar ayat ini kecuali membacanya kembali".

Abu Bakar berpidato di muka orang banyak untuk menenangkan mereka dengan air mata yang
bercucuran, dan dengan perasaan yang tertekan. Suaranya terputus-putus dengan dada yang sesak dan kerongkongan yang tersendat-sendat. Dan setelah selesai ia
berpidato dia berpaling kepada Ummar bin Khatab dengan berkata; "Lupakah engkau bahwa Rasulullah
pernah berkata kepada kita pada hari sekian, waktu demikian dan kala demikian?" Ia juga mengingatkan
Ummar akan apa yang dikatakannya sendiri tentang
akan meninggalnya Rasulullah SAW.

Maka Ummar berkata;"Saya mengaku dengan tulus, bahwa benarlah Kitab Al-Qur'an sebagaimana yang telah diturunkan, dan
benarlah Hadits sebagaimana yang telah diucapkan. Dan bahwa Allah SWT hidup tidak akan mati
selama-lamanya. Kita ini kepunyaan Allah, dan kepadaNya kita semua akan kembali".

Akhirnya, marilah kita ungkapkan kembali apa yang pernah diratapkan oleh seorang penyair, sahabat
Rasulullah, Hasan bin Tsabit dalam sebuah sajaknya yang melukiskan keluhan jiwanya ditinggalkan
Rasulullah pada hari wafatnya, disamping menggambarkan cinta kasihnya yang sangat besar kepada
beliau.

Engkau biji mataku
Dengan kematianmu aku menjadi buta,
tak bisa melihat

Siapa yang ingin mati sepeninggalmu,
biarlah ia pergi mati menemui ajalnya,
Aku, hanya risau haru dengan kepergianmu .......................


No comments:

Yamaha Byson 2011

Yamaha Byson Sobat muda penunggang kuda besi tentu tidak asing dengan motor street fighter atau naked bike. Street fighter m...