Friday, September 17, 2010

Pelajaran Baru dari Keteguhan Syaikh Abu Thair

Pelajaran Baru dari Keteguhan Syaikh Abu Thair
 
Fuad Al-Khafasy
Kehidupan adalah sikap, demikianlah sejarah mengajarkan pada kita. Sejarah tidak ditulis dalam satu atau dua hari dengan air mawar atau di tepi sungai samping resort perumahan mewah. Sejarah ditulis dari kesulitan dan sikap heroik serta keberanian dalam memutuskan berdasarkan kepercayaan dari janji Tuhannya.
Dari pelajaran inilah kita dapat merasakan kemuliaan dan yang membuat kita merasa bangga atas keasilian sikap yang ditampilkan, Sheikh Mohammed Abu Thair di depan kediktatoran dan vonis tidak sah.
Sikap ini tidak perlu banyak komentar maupun fotografi dari Syekh Abu Thair yang tangan dan kakinya diborgol. Padahal ia telah menghabiskan separoh hidupnya berpindah dari satu penjara ke penjara lainya memakai celana tanpa sabuk pinggang dibungkus, kemeja tanpa disetrika, rambutnya tidak disisir rambut yang sudah memutih dan jenggot yang kemerah-merahan. Mengenakan sepatu tanpa ikatan di kakinya, sebagaimana diterapkan oleh prosedur penjara Israel.
Ia memasuki ruang sidang, duduk di kursi sambil membetulkan kacamatanya, membagikan senyum kepada mereka yang datang dari para pengacara dan wartawan, melibatkan jari tangannya satu sama lain. Kemudian hakim memasuki ruang semua berdiri, tetapi Sheikh Abu Thair tetap duduk, ia tidak mengakui pengadilan dan keputusan-keputusanya. Lalu dakwaan dibacakan, tudingan dan tuduhan dialamatkan pada Syekh. Seperti telah mengancam keamanan di wilayah Al-Quds, oleh karena itu ia harus keluar dari wilayah tersebut. Iapun harus membayar sejumlah uang sebesar 100 ribu dolar sebagai jaminan. Dan dengan jaminan dari para pedagang senior kota Al-Quds. Semua itu demi menjamin tidak kembalinya Syaikh ke Al-Quds. Dan semua ini ditawarkan sebagai imbalan kebebasanya dari penjara Israel.
Syekh tersenyum dan mengatakan pada hakim, apakah anda gila dan mengulangi kata-kata Allah, YaTuhanku penjara adalah lebih aku cintai daripada saya diajak untuk melakukan untuk itu. Saya ingin penjara dan menolak devortase, walau aku harus menghapuskan sisa umurku di dalam penjara. Sidang tercengang mendengar jawaban Syaikh. Keputusan penjara dan menolak keluar dari Al-Quds. Keputusan penjara dan menolak tawaran itu lebih disukai  dari pada keluar kampung halaman dan kota asalnya. Bahkan kematian lebih ia sukai darpada seribu kali hidup di luar tembok (Al-Quds).
Sebenarnya saya , saat menuliskan kata-kata syaikh untuk tetap tinggal di Al-Quds dengan konsekwensi penjara, membawaku ke masa-masa silam tentang kisah orang-orang  shaleh. Aku merasa bangga dengan sikap Syaikh. Walaupun kita para pemilik sejarah, namun sejak lama kita tidak merasakan sikap seperti ditampilkan Syaikh.
Syaikh adalah pengajar yang tidak butuh propaganda atau dicantumkan sebagai pahlawan akibat sikap-sikapnya. Sikap ini, bukan pertama kalinya ia lakukan. Sejarah telah mencatatnya bagaimana sikap Syiakh di masa-masa lalu yang tegas dan berani serta penuh kepahlawanan dalam menghadapi setiap tekanan.
Keputusan yang diambil syaikh bukan keputusan untuk dirinya, tetapi merupakan pelajaran bagi setiap bangsa Palestina yang muslim, bahkan pelajaran bagi Zionis dan kaum penjajah. Di dalamnya ada pelajaran tentang cinta pada tanah air dan Al-Quds. ia selalu ada di dada sang Syaikh dan para pemikut syiakh. Ini juga pelajaran bagi para penjajah, bahwa kematian, penjara dan peperangan itu seribu kali lebih ringan disbanding keluar dari kampung halamanya.  
Untukmu wahai pejuang sejati, semua penghormatan, kebanggaan dari anak-anakmu dan orang-orang yang mencintaimu. Misimu telah sampai pada kami. Kami telah mendapat pelajaran baru darimu, cinta tanah air dan rindu pada Al-Aqsha. (asy

No comments:

Yamaha Byson 2011

Yamaha Byson Sobat muda penunggang kuda besi tentu tidak asing dengan motor street fighter atau naked bike. Street fighter m...